oleh

Desa Adat Bali Jadi Garda Depan Mitigasi Perubahan Iklim Lewat Konsep Tri Hita Karana

-Berita-13 Dilihat
banner 468x60

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menegaskan bahwa desa adat memiliki peran sentral dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dalam ajang Pekan Iklim Bali 2025 di Denpasar, Senin (25/8), ia mencontohkan filosofi Tri Hita Karana yang telah menjadi landasan kehidupan masyarakat Bali sejak lama. Menurutnya, kearifan lokal ini secara inheren mengajarkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, antar sesama, dan dengan lingkungan, yang dalam praktiknya sudah menyatu dengan langkah-langkah pelestarian alam. Dewa Indra menekankan bahwa masyarakat Bali melalui desa adat secara konsisten menjaga lingkungan agar tetap lestari, baik melalui ritual budaya, pola hidup sehari-hari, maupun tata kelola ruang yang mempertimbangkan keseimbangan ekologis. Hal ini, menurutnya, menandakan bahwa konsep adaptasi dan mitigasi iklim sesungguhnya telah lama dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat Bali jauh sebelum istilah perubahan iklim populer di forum global. Dengan demikian, desa adat bukan sekadar benteng pelestarian budaya, melainkan juga garda depan dalam menjaga keberlanjutan alam.

Ia menambahkan bahwa desa adat di Bali telah membuktikan daya adaptasi tinggi dalam menghadapi dampak perubahan iklim, terutama pada sektor pertanian. Dalam praktik pertanian tradisional, masyarakat desa adat selalu mempertimbangkan faktor iklim dalam setiap tahapan, mulai dari menentukan musim tanam, masa panen, hingga penerapan sistem pengairan yang tertata rapi melalui subak. Sistem subak yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia merupakan bukti nyata bagaimana masyarakat Bali mengintegrasikan nilai-nilai budaya, sosial, dan lingkungan dalam pengelolaan sumber daya alam. Dewa Indra menyebutkan bahwa pola ini menjadi contoh bagaimana kearifan lokal berfungsi sebagai solusi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan iklim modern. Ke depan, ia menilai peran desa adat akan semakin vital, bukan hanya sebagai entitas adat, tetapi juga sebagai mitra strategis pemerintah dalam menjalankan program mitigasi emisi, konservasi sumber daya air, serta ketahanan pangan di tengah ketidakpastian iklim global. Dengan penguatan kapasitas desa adat serta dukungan kebijakan pemerintah daerah, Bali diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia, bahkan dunia, dalam mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam strategi penanggulangan perubahan iklim.

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *